Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berkunjung ke Wonosobo yang menurut saya "Duh, warga sini diberkahi banget!". Wonosobo memang indah banget, dan saya mencoba camp sehari di Gunung Prau yang terkenal dengan golden sunrise-nya.
Dapat golden sunrise nggak ya?
Saya mulai perjalanan dari Surabaya menuju Yogyakarta pada hari Kamis sore. Kesalahannya, nggak segera berangkat atau pesan tiket bus atau kereta. Apesnya, pas itu lagi libur panjang dan banyak banget yang mau mudik juga. Fix, kehabisan bus! Kami baru dapat bus lewat calo yang harganya jelas lebih mahal dan nggak dapat jatah makan. Molor pula berangkatnya. Daripada batal sih ya gapapa deh.
Jadi pelajaran ya, mau main dekat atau jauh, pastikan tiket sudah aman.
Saya berkoordinasi dengan kak Siti, salah satu member Wanita Gunung dari Yogyakarta untuk sewa motor selama beberapa hari ke depan. Karena keberangkatan tertunda, saya janjian untuk ketemuan jam 6 pagi. Kak Siti bebas ribet, baik pula orangnya! Makasih banget ya, kak!
Beberapa plan cadangan sudah tercoret karena jadwal yang molor tadi, jadi langsung deh cus berkendara menuju Wonosobo.
Perjalanan Yogyakarta - Wonosobo cenderung aman meskipun jauh. Lima jam naik motor, kerasa lah, ya. Modalnya sih bensin, nekat, dan GPS. Di perjalanan melalui Temanggung, kami disuguhi pemandangan duo gunung yang terkenal di kalangan pendaki dengan julukan SS, Sindoro Sumbing.
Gunung Prau memiliki beberapa jalur pendakian, di antaranya Patak Banteng, Kalilembu, Dieng, Wates. Saya memilih jalur paling umum, Patak Banteng. Dari basecamp ke Pos 1 Sikut Dewo treknya berupa tangga dan batu makadam karena area ini masih dekat dengan pemukiman warga. Banyak warung juga loh, kalau capek bisa berhenti dan ngemil. Trek pendakian berikutnya berupa tanah yang pada musim kemarau cenderung berdebu. Butuh waktu sekitar 3 jam untuk mencapai area camping di puncak pertama Gunung Prau.
![]() |
jalur pendakian Prau via Patak Banteng (Cacingan). Foto diambil ketika turun di siang hari. |
Sampai di atas hingga mendirikan tenda di dekat tapal puncak pertama, cuaca masih belum bersahabat. Sempat ada angin kencang dan suara keras yang sempat membuat khawatir. Takutnya ada petir menyambar sih. Namun alhamdulillah, semua aman-aman saja hingga pagi hari.
Setiap kali sunrise, antar pendaki selalu saling teriak membangunkan teman-teman lainnya. Biar nggak terlewat momen indah sekaligus nyuruh masak sarapan sih. Kondisi udara yang dingin membuat saya malas beranjak dari dalam tenda. Jadi, apakah hari itu muncul golden sunrise? Sejujurnya, saya nggak lihat! 😅 Mungkin foto ini bisa menjawab pertanyaan tadi.
Ya, mendung masih menggantung dan cahaya matahari tidak sepenuhnya tampak. Patut disyukuri, sebab menurut info teman-teman pendaki yang baru start keesokan hari, Prau sedang tertutup kabut tebal. Saya masih kebagian cuaca cerah, yeay!
A post shared by Imaniar 夏楢 (@rainhanifa) on
Sudah jangan tanya kenapa posenya begitu. Tidakkah kamu merasa familiar dengan view ini? Kayak pernah lihat dimanaaa gitu. Jelas saja, dua gunung yang menjadi pusat pemandangan Prau itu adalah Sindoro dan Sumbing. View ini juga yang nongol di label salah satu air mineral saking ikoniknya. Hayo coba tebak merk apa, deh!
Dengan ketinggian yang aman untuk kelas pendaki pemula - menengah, waktu tempuh yang terbilang singkat, dan terbayar dengan hamparan luas pemandangan seistimewa ini, Gunung Prau jelas menjadi favorit banyak orang! Buktinya, pada hari biasa pun jumlah pendaki membludak.
Ingat, bawa turun sampahmu sebab gunung bukan tempat sampah!
Nah, itu tadi sekilas tentang Gunung Prau via Patak Banteng, Wonosobo. Selain ke Gunung Prau, saya sempat mampir ke Kawah Sikidang dan Candi Arjuno di sela-sela waktu yang mepet. Ulasannya di post berikutnya ya!
So, once in a lifetime, sempatkan ke Wonosobo ya! Pemandangan ini terlalu indah untuk dilewatkan!