Punya sedikit waktu di Bondowoso atau Banyuwangi, tapi nggak mau rugi cuma berkunjung ke satu tempat wisata? Kawah Wurung, Bondowoso bisa jadi destinasi pilihan untuk kamu!
Beberapa waktu lalu, saya akhirnya punya dokumentasi piknik pribadi ke Kawah Ijen. Kok kayak nggak pernah kebagian difoto aja sih 😂. Kali ini saya mengajak Luqman sebagai travel mate, kalau nggak mau dibilang nganterin orang piknik sebagai hadiah ulang tahun dia. Karena niatnya piknik ala backpacker motoran berdua, saya memilih destinasi Grand Watu Dodol >> Kawah Ijen >> Kawah Wurung.
Berangkat siang hari dari Jember, butuh waktu sekitar 4 jam untuk mencapai Grand Watu Dodol. Tempat ini adalah rest area perbatasan Bondowoso - Banyuwangi yang menghadap Selat Bali.
Kalau mau jujur, berangkat ke Grand Watu Dodol ini akibat jadwal yang rada miss, karena kami berangkat dari Jember kesiangan. Padahal destinasi hari itu sebenarnya adalah Savana Bekol. Diampuni lah, ya. Pokoknya yang penting setelah itu tetap pada tujuan utama Kawah Ijen dan Kawah Wurung. Ya kan? Ya kan? 😅
Setelah makan malam, kami mengambil jalur Ijen via Banyuwangi dan langsung menuju Paltuding. Rencana saya waktu itu adalah istirahat sambil menunggu loket dibuka, lalu memulai pendakian pukul 1 pagi. Apa daya, ternyata peraturan terbaru menyebutkan kalau loket dan jalur pendakian baru dibuka pukul 3 pagi. Bad news! Soalnya jelas banget, kami nggak bisa melihat Blue Fire yang cuma ada dua sedunia itu. FYI, fenomena Blue Fire sendiri cuma bisa dinikmati pada jam-jam tertentu, sekitar pukul 2-4 pagi saja. Informasi kedua seakan memberikan stempel pada hal tersebut, semua pengunjung tidak boleh turun ke arah kawah karena aktivitas kawah meningkat dan kadar belerang terlalu berbahaya.
Pun nyambat, alias jangan mengeluh. Disyukuri saja, kami bisa mampir menikmati matahari terbit dari Puncak Kawah Ijen. Mau ngintip?
Reseknya teman perjalanan saya kali ini adalah dia doyan tidur! Diamkan beberapa detik, pasti sudah amblas pindah ke alam mimpi. Luar biasa! Sampai sekarang saya belum bisa mendalami ilmu kelas atas yang berjulukan Nempel Molor ini. Yodah, akhirnya saya foto-foto sendirian. 😥
Turun dari Kawah Ijen, barulah kami mengisi perut dan melanjutkan perjalanan ke Kawah Wurung, Bondowoso. Tidak terlalu jauh kok, hanya satu jam perjalanan. Dari Kawah Ijen, kami mengambil arah Bondowoso, lalu berbelok ke arah perkebunan kopi. Treknya sedikit sulit, sebab sebagian jalur masih berupa tanah. Ada pemukiman warga dinas juga, kalau kamu butuh mampir beli camilan atau bensin.
Terus, mana sih yang namanya New Zealand-nya Jawa Timur itu?
Kawah Wurung memang masih dalam tahap pembangunan. Sementara ini hanya ada fasilitas kecil seperti toilet umum, warung, masjid, parkiran. Ada bumi perkemahan juga jika ingin nge-camp, serta permainan outbond seperti spider web, jembatan kayu, dan ayunan yang bagus buat mengisi waktu.
Menaiki bukit dengan ilalang tinggi, kalian akan sampai di Puncak Wifi. Nggak bercanda! Beneran namanya begitu. Pemandangan Kawah Wurung yang sesungguhnya bisa terlihat dari Puncak Wifi ini.
Kenapa dapat julukan New Zealand-nya Jawa Timur sih? Soalnya gugusan bukit-bukit dengan padang rumput hijau ini mengingatkan kita pada Selandia Baru. Kamu yang suka menonton film-film The Lord of The Rings pasti tahu desa hobbit yang kemudian diadopsi menjadi Hobbiton di Selandia Baru.
Kawah Wurung sendiri konon merupakan kawah yang "batal" menjadi gunung berapi seperti sekitarnya, Ijen dan Raung. Nama Kawah Wurung sendiri terjemahan langsungnya adalah "kawah yang batal". Pun nama Ijen menjadi disematkan pada gunung di utaranya, yang berarti "sendiri", karena menjadi gunung yang berdiri sendirian.
Sebetulnya bisa kok mengambil jalur turun ke area sabana Kawah Wurung. Sayangnya, cuaca hari itu tidak bersahabat, sehingga kami memutuskan untuk segera kembali. Don't worry, masih bisa berkunjung lagi lain kali kok!
Untuk ke sini, nggak perlu terlalu mahal. Bensin kendaraan dan bensin manusia tidak termasuk ya.😀
Nah, penasaran dengan keindahan Kawah Wurung Bondowoso? Kunjungi yuk!
![]() |
View Kawah Wurung dari Puncak Wifi |
Berangkat siang hari dari Jember, butuh waktu sekitar 4 jam untuk mencapai Grand Watu Dodol. Tempat ini adalah rest area perbatasan Bondowoso - Banyuwangi yang menghadap Selat Bali.
![]() |
Patung Selamat Datang Watu Dodol |
Setelah makan malam, kami mengambil jalur Ijen via Banyuwangi dan langsung menuju Paltuding. Rencana saya waktu itu adalah istirahat sambil menunggu loket dibuka, lalu memulai pendakian pukul 1 pagi. Apa daya, ternyata peraturan terbaru menyebutkan kalau loket dan jalur pendakian baru dibuka pukul 3 pagi. Bad news! Soalnya jelas banget, kami nggak bisa melihat Blue Fire yang cuma ada dua sedunia itu. FYI, fenomena Blue Fire sendiri cuma bisa dinikmati pada jam-jam tertentu, sekitar pukul 2-4 pagi saja. Informasi kedua seakan memberikan stempel pada hal tersebut, semua pengunjung tidak boleh turun ke arah kawah karena aktivitas kawah meningkat dan kadar belerang terlalu berbahaya.
Pun nyambat, alias jangan mengeluh. Disyukuri saja, kami bisa mampir menikmati matahari terbit dari Puncak Kawah Ijen. Mau ngintip?
Reseknya teman perjalanan saya kali ini adalah dia doyan tidur! Diamkan beberapa detik, pasti sudah amblas pindah ke alam mimpi. Luar biasa! Sampai sekarang saya belum bisa mendalami ilmu kelas atas yang berjulukan Nempel Molor ini. Yodah, akhirnya saya foto-foto sendirian. 😥
![]() |
Kawah Ijen, danau air asam terbesar di dunia |
![]() |
View Gunung Meranti dari Ijen. In frame: Luqman |
Turun dari Kawah Ijen, barulah kami mengisi perut dan melanjutkan perjalanan ke Kawah Wurung, Bondowoso. Tidak terlalu jauh kok, hanya satu jam perjalanan. Dari Kawah Ijen, kami mengambil arah Bondowoso, lalu berbelok ke arah perkebunan kopi. Treknya sedikit sulit, sebab sebagian jalur masih berupa tanah. Ada pemukiman warga dinas juga, kalau kamu butuh mampir beli camilan atau bensin.
Terus, mana sih yang namanya New Zealand-nya Jawa Timur itu?
![]() |
Kawah Wurung |
Kawah Wurung memang masih dalam tahap pembangunan. Sementara ini hanya ada fasilitas kecil seperti toilet umum, warung, masjid, parkiran. Ada bumi perkemahan juga jika ingin nge-camp, serta permainan outbond seperti spider web, jembatan kayu, dan ayunan yang bagus buat mengisi waktu.
![]() |
Tanjakan Cinta-nya Kawah Wurung, Bondowoso. Turis yang suka tidur sembarangan hanya terjadi sesekali. |
Menaiki bukit dengan ilalang tinggi, kalian akan sampai di Puncak Wifi. Nggak bercanda! Beneran namanya begitu. Pemandangan Kawah Wurung yang sesungguhnya bisa terlihat dari Puncak Wifi ini.
Kenapa dapat julukan New Zealand-nya Jawa Timur sih? Soalnya gugusan bukit-bukit dengan padang rumput hijau ini mengingatkan kita pada Selandia Baru. Kamu yang suka menonton film-film The Lord of The Rings pasti tahu desa hobbit yang kemudian diadopsi menjadi Hobbiton di Selandia Baru.
Kawah Wurung sendiri konon merupakan kawah yang "batal" menjadi gunung berapi seperti sekitarnya, Ijen dan Raung. Nama Kawah Wurung sendiri terjemahan langsungnya adalah "kawah yang batal". Pun nama Ijen menjadi disematkan pada gunung di utaranya, yang berarti "sendiri", karena menjadi gunung yang berdiri sendirian.
![]() |
View Kawah Wurung dari Puncak Wifi |
Sebetulnya bisa kok mengambil jalur turun ke area sabana Kawah Wurung. Sayangnya, cuaca hari itu tidak bersahabat, sehingga kami memutuskan untuk segera kembali. Don't worry, masih bisa berkunjung lagi lain kali kok!
Untuk ke sini, nggak perlu terlalu mahal. Bensin kendaraan dan bensin manusia tidak termasuk ya.😀
Tiket masuk Kawah Ijen : Rp 20.000 (untuk 2 orang, sudah termasuk parkir motor)
Tiket masuk Kawah Wurung : Rp 3.000/orang
Nah, penasaran dengan keindahan Kawah Wurung Bondowoso? Kunjungi yuk!